Selasa, 17 April 2012

Stres Penyebab Utama Flu

Senin, 09 April 2012 | 11:50 WIB

TEMPO.CO - Stres diketahui dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, terutama pada saaat seseorang bekerja terlalu keras atau mengalami kelelahan secara emosional. Salah satu akibat sistem pertahanan tubuh yang lemah adalah tubuh akan mudah terserang flu. Tidak hanya itu, tubuh juga akan mudah terserang beberapa penyakit, seperti eksim dan sakit kepala.

Sebuah studi penelitian baru menyebutkan terdapat proses identifikasi biologis yang dapat menjelaskan hubungan stres kehidupan--seperti masalah uang atau perceraian--yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat virus, misalnya flu.

"Stres menyebabkan sel seseorang menjadi kurang sensitif terhadap hormon kortisol," kata kepala peneliti Sheldon Cohen, Ph.D., profesor psikologi di Carnegie Mellon University, Pittsburgh. "Mereka tidak dapat mengatur respon tubuh. Oleh karena itu, ketika mereka terkena virus, mereka lebih mudah terinfeksi flu."

Sebagian besar penelitian difokuskan pada kortisol atau hormon pemicu stres. Hormon  ini dilepaskan oleh kelenjar adrenal ketika seseorang merasa terancam atau cemas. Salah satu cara kerja kortisol adalah meredam sementara sistem kekebalan tubuh dan secara khusus melakukan respon inflamasi guna melepaskan energi saat menghadapi ancaman.

Cohen dan koleganya menguji teori mereka dalam sebuah eksperimen yang dipublikasikan dalam Prosiding National Academy of Sciences. Tim ini mewawancarai 276 pria dan wanita sehat mengenai sumber stres psikologis dalam hidup mereka, termasuk situasi kerja yang tidak bahagia, konflik jangka panjang dengan keluarga atau teman, atau masalah hukum dan keuangan, serta masalah lain yang menyebabkan mereka sakit.

Dalam penelitian Cohen disebutkan, faktor kunci yang mempengaruhi rentannya tubuh seseorang terhadap penyakit tergantung dari sensitivitas sistem kekebalan tubuh. Penelitian ini menunjukkan bahwa stress dapat melemahkan respons tubuh terhadap hormon kortisol sehingga peradangan yang menyebabkan gejala flu dapat menyebar secara cepat.

Fakta menyebutkan kortisol dipercaya dapat menekan peradangan. Namun, menurut penelitian, hal ini masih menyajikan teka-teki. Sebab orang yang secara kronis mengalami stres cenderung memiliki kortisol lebih tinggi. Sementara bersin, terisak, dan batuk saat seseorang stress merupakan respon tubuh terhadap serangan virus.

NEWS.HEALTH.COM - CHETA NILAWATY



View the original article here



Peliculas Online

0 komentar:

Tinggalkan komentar...